Kumpulan Puisi Suara Hati

Selasa, 01 September 2009
Kumpulan Puisi Suara Hati

Cinta Imhe

Saat cinta datang mengetik pintu hati
Biarkan dia membuat jendela-jendela
Karena cinta adalah ruangan yang indah untuk ditempati
Biarkan dia melukis dinding hati
Karena cinta adalah warna
Rasakan saya kehadirannya
Tapi bila pernah kau rasakan
Sakit hati karena cinta
Itu bukan cinta yang sesungguhnya
Karena cinta adalah kebahagian
Dan AKU BUKAN kebahagianmu
(Makassar, 06 November 2003)

Cinta dan Air Mata

Kini Kusadari Arti Sebuah Kata Cinta
Ternyata Hanya Permainan Hati Saja
Kita Dapat Rasakan Kebahagiaan
Kita Dapat Rasakan Kecewa
Sampai Tak Mengenal Siapa Diri Sendiri
Kita Hanya Tahu Berjanji
Kita Hanya Tahu Mendongakkan Kepala Keatas
Tanpa Mengenal Kehancuran Yang Akan Datang
Sungguh Sedih Rasanya Saat-Saat ini
Mawar Cinta Belum Mekar Sudah Hancur Terlabih Dahulu
Apakah Aku Yang Salah Atau Kau Yang Salah
Tak Tahu Jawabannya Yang Jelas Tak Usah Saling Menyalahkan
Malah Kita Saling Menyanyangi
Namun Semua Itu Hancur Dalam Sebuah Kata
Cinta dan Air Mata
(Makassar, 03 Desember 2003)

Tahun 2003, Sedih Bahagia Dan Sakit

Kini Tahun 2003 Telah Ditenggelamkan Oleh Tahun 2004 Yang Menantang
Usia Bertambah Menjadi 17 Tahun
Ketenaran, Ke Egoisan Telah Pupus Diakhir Tahun
Bulan dan Bintang Mulai Tertawa dan Tersenyum Padaku
Sayap-sayap Kehidupan Mulai Tumbuh Helai Demi Helai
Kesunyian, Kekecewaan Telah Menyatu Dalam Tubuh
Menjadi Prisai Dalam Melawan Era 2004
Biarlah Kejadian dan Sejarah Tahun 2003 Menjadi Kenangan Dalam Bait Puisiku
Biarlah Misteri Tahun 2004 Menjadi Lawan Utama Dalam Meraih Kehidupan Nyataku
Tak Usah Kau Berpaling atau Menoleh Kebelakang
Sebab Kau Bukan Kebahagianku, Kini Kau Cuma Separuh Cahayaku
Sebab Kau Bukan Kebahagianku, Kini Kau Cuman Separuh Cahayaku
Yang Suatu Saat Haguskan Tubuh Kurusku ini
(Makassar, 03 Januari 2004)

Rembulan Di Putondo

Bulan …
Mengapa Kau Begitu Indah di Malam Itu
Hingga Aku Hanyut Dalam Sinarmu
Mengapa Kau Berada Jauh Dariku
Hingga Aku Tak Mampu Menggapaimu
Salahkah Aku Bila Ingin Berada Didekatmu
Salahkah Aku Bila Ingin Memilikimu
Bulan…
Aku Tahu Diriku Bukan Hartawan
Aku Bukan Jutawan
Yang Mampu Membelimu
Sungguh Aku Sedih Saat Mengingatmu
Mengingat Cahaya Yang Telah Kau Berikan
Kini Aku Hanya Pasrah Dengan Tingkah Lakumu DiMalam itu
(Takalar, 19 Januari 2004)

Aku Dan Syairku

Ku Ambil Sebatang Rokok Dikantong Baju
Ku Ambil Pula Korek Yang Berwarna Biru
Lalu Ku Coba Nyalahkan Rokokku Diatas Derasnya Angin Sore
Sekali Dua Kali Aku Coba Namun Tak Berhasil
Aku Benci Dengan Perasaan Yang Tak Pasti
Aku Mulai Bersembunyi Dibalik Tembok Kesombongan
Dan Akhirnya Aku Berhasil
Ku Isap Rokokku Dengan Penuh Perasaan
Lalu Kucoba Untuk Menghilangkan Pikiranku Yang Tak Nyata
Di Depan Gumpalan Awan Yang Tak Mungkin bersatu
Di Hadapan Deburan Ombak Yang Tak Bertepi
Sesekali Aku Menoleh Kebelakang Melihat Manusia Yang Sibuk
Hingga Aku Sadar Oleh Diriku Sendiri, Bahwa Aku Bukan Siapa-siapa
Yang Tak Mampu Meraih, Melihat dan Menulis Diriku Sendiri
Hingga Aku Kalut, Lupa Akan Waktu
Mungkin Aku Yang Salah Memaksakan Hati Nuraniku Atau Itu Hanya Perasaanku
Dan Aku Tak Yakin Setelah Kembali Aku Akan Lebih Baik
(Kapal Dorolonda, 29 Januari 2004)

Surabaya Itu Hanya Kenangan

Pagi Yang Cerah Ku Coba Untuk Bangkit
Dari Indahnya Mimpi Dimalam Hari
Dengan Penuh Pertanyaan Yang Belum Terjawab
Aku Melangkah meninggalkan Kota Surabaya
Kota Kelahiran Kekasih Tertunda
Yang Begitu Indah, Penuh Dengan Misteri
Aku Pasrah Dengan Kepergianku
Sebab Surabaya Bukan Kota Cintaku
Dan Bukan Pula Kota Untuk Pelarian
Tapi Mengapa Aku Sedih Ingin Meninggalkan Kota I ini
Adakah Cinta Yang Belum Terbalaskan
Adakah Janji Yang Belum Tertepati
Biarlah Misteri Ini Aku Yang Rahasiakan Dalam Bait Puisi
Yang Menjadi Jawaban Ketika Aku Pulang Ke Kotaku
Mungkinkah Cintaku Dikotaku Sendiri Makassar
Makassar Yang Dipenuhi Oleh Wanita Penebar Senyum Hampa
Membuat Lelaki Merasa Untuk Terikat
Tapi Kini Aku Bisa Berharap Dikotaku Sendiri
Menanti Kekasih Yang Lebih Cinta Padaku
(Surabaya, 29 Januari 2004)

Berhenti Berharap

Cinta Telah Pergi
Cahaya Mulai Padam
Dan Aku Mulai Berhenti Berharap
Menutup Semua Kenangan Indah Bersamamu
Tidak Menulis Lagi Namamu Dalam Syairku
Rasa Menyendiri Muncul Kembali Menyelimuti Kalbu
Tidak Menulis Lagi Namamu Dalam Cintaku
Membuat Aku Menutup Hatiku, Selama Satu Purnama
Apakah Ini Tanda Bahwa Aku Telah Patah Hati
Ataukah Aku Telah Benar Dalam Melangkah
Biarlah Waktu Yang Menjawab Semua ini
Kini Ku Mulai Hidupku Tanpa Dirimu
Berjalan Sendiri Tanpa Ditemani, Menemani Oleh Seseorang
Akankah Jiwaku Lebih Bahagia Tanpamu
Akankah Cahayaku Akan Kembali Bersamaku
Namun Semua Itu Dapat Terjawab Ketika Aku Berhenti Berharap
(Makassar, 18 Maret 2004)

Jangan Ada Rahasia Antara Kita

Saat Ini Sulit Untuk Melupakanmu
Melupakan Janji-Janji Manismu
Yang Telah Tertanaman Dalam Lubuk Hatiku
Aku Pasrah Membiarkan Aliran Cinta Itu Mengalir Ke Hati
Menutup Dinding Perasaan Kepada Orang Lain
Yang Membuat Hatiku Hanya Menulis Namamu
Tapi Mengapa Dewi Fortuna Mulai Berpaling
Seakan Kau Mulai Menjauh Dariku
Seakan Kau Tak Mau Bicara Padaku
Apa Yang Aku Telah Perbuat
Sehingga Kau Berubah
Jangan Pernah Ada Rahasia Antara Kita
Yang Membuat Hubungan Kita Renggang
Terbukalah Kepadaku
Agar Kita Dapat Saling Mengerti
Aku Tahu, Aku Insan Biasa
Yang Tak Mungkin Memilikimu
Salah Aku Juga Terlalu Dekat Denganmu
Membuat Hatiku Selalu Merasa Bersalah padamu
(Makassar, 14 April 2004)

Sobat Atau Kekasih

Mengapa Dirimu Sama Dengan Si Dia
Kau Datang Dengan Senyum Dan Canda Tawa
Memberi Harapan Dan Cerita Yang Indah
Aku Semakin Yakin Bahwa Dirimu Sama Dengan Si Dia
Walaupun Ada Perbedaan Antara Dia Dan engkau
Yang Mungkin Membuatku Kagum Denganmu
Tuhan…
Mengapa Kau Anugrahkan Cinta Yang Tak Mungkin Bersatu
Mengapa Kau Memberi Bidadari Yang Tak Mampu Aku Raih
Jangan Kau Membuatku Ragu Pada Diriku
Tak Yakin Pada Rasa Cinta Yang Tumbuh
Hingga…
Ia Mampu Menghancurkan Rasa Cintaku
Ia Lebih Menguasai Diriku Dan Aku Mulai Terbuai
Terbuai Dengan Harapan, Janji Dan Senyum Yang Hampa
Maafkan Aku Tuhan
Semua Ini Tak Mampu Aku Raih
Dari Seorang Wanita, Milik Orang Lain
Bisikkan Padanya Bahwa Aku Tak Ingin Disakiti Apalagi Dibohongi
Biarlah Kita Dapat Bersama Dihari Esok Yang Lebih Indah
(Makassar, 11 April 2004)


Sepi

Suara Terhenti Dalam Kebisuan Jiwa
Ketika Kusadari Semua Orang Berbicara Tentang Cinta
Sepi Dan Sepi Kurasa
Saat Mereka Meninggalkanku
Dimalam Yang Tak Berepi
Diatas Kata Penatian
Hanya Rasa Sepi Menemani
Merasuk Kedalam Jiwa
Membuat Jantung Tak Berdetak
Memaksa Untuk Mengenang
Saat-saat Indah Yang Telah Kita Lewati Bersama
Terputus Karena Matahari Menghalangi
Dimalam Ini
Kusendiri, Tanpa Ditemani dan Menemani
Berhenti Berharap Akan Cinta Yang Datang
Hanya Mampu Menggoreskan Tinta BIru Diatas Kertas Putih
Merangkai Kata Demi Kata Dalam Untain Bait Puisi
Yang Menceritakan Sebuah Kata Sepi
Dalam Kisah Cinta Terlarang Sepasang Kekasih
Makhluk Ciptaan Allah SWT
(Makassar, 18 April 2004)

Cinta

Tak Satupun Manusia Yang Mampu Menolaknya
Apalagi Membencinya
Ia Sosok Cairan Beracun Yang Menembus Aliran Darah
Yang Tak Bisa Manusi Tahan
Cinta Dapat Mengubah Manusia
Dari Yang Jahat Ke Yang Baik
Dari Liar Menjadi Pendiam
Bahkan Ada Yang Mati Karena Cinta
Begitu Dasyatnya Kekuatan Cinta
Hingga Khalil Gibran, Chairil Anwar
Hanyut Dalam Aliran Cinta
Sang Pujangga Hanya Mampu Menuliskan Arti Sebuah Cinta
Dan Tak Mampu Merasakan Cinta Sejati
Cinta…Cinta
Kau Hanya Dapat Membahagiakan Manusia]
Dan Kau Hanya Dapat Menghancurkan Manusia
Kaulah Yang Terhebat
Semua Manusia Dapat Merasakannya
Tapi Tak Mampu Melihatmu
(Makassar, 23 April 2004)

Untukmu Saudaraku

Kita selalu bersama dalam indahnya dunia
Kita selalu bercanda dalam dalam tangisan hati
Hingga lupa akan waktu
Hanyut akan kata
Sakit akan kata
Dendam akan perbuatan
Menangis saat terluka
Tertawa saat melukai
Namun siapakah saudaraku???
Apakah orang yang mengerti tentang kita
Yang trkadang membuat kita jengkel akan katanya
Apakah orang yang selalu di samping kita
Yang membuat kita terkadang terluka ,akan tingkahnya
Atau orang yang selalu membantu kita
Namun terkadang menusuk kita dari belakang
Saudara ….Saudara
Siapakah di kau
Ku ingin mengenal mu
Ku ingin di dekatmu
Saat jiwaku terluka
Saat hati ku patah
Mungking kah saudara ku adalah bayanganku sendiri
Yang rela menemaniku di mana saja
Tak perna melukaiku
Tak perna menikamku
Bahkan tak perna menyentuhku
Kaulah saudara yang sebenarnya
(Makassar, 15 Mei 2004)

Hura-Hura

Aku ini makhluk tuhan yang tersisi
Dari ribuan umat Manusia
Yang kerjanya hanya hura-hura
Berjalan kesana kemari
Tak tahu arahnya
Demi untuk mendapat jati diri
Dan pengakuan orang banyak
Walau harus mengorbankan harga diri
Walaup harus merasa hina dimata Allah SWT
Lalu kusadar semua itu hanya kenikmatan sesaat
Yang hilang beberapa menit
Setelah semua telah terjadi
Untuk apa lagi kita menangis
Untuk Apa kita menyesal
Biarlah kebiasaan ini menjadi kenangan indah dihari tua nanti
Karena Allah SWT tetap akan membantu kita
Lepas dari masalah yang sangat berat
Tobatlah diri, tobatlah saudara
Semua itu jalan menuju kenistaan dan kesengsaraan
Kini saatnya kita tetap teguh, coba untuk melupakan semua ini
Sebab hura-hura hanya terdapat didalam hati manusia separuh SETAN.
(Makassar, 12 Juni 2004)

Tak Ada Judul

Pernah aku mencintaimu
Tapi tak pernah menyayangimu
Pernah aku menyayangimu
Tapi tak pernah menyukaimu
Pernah aku menyukaimu
Tapi tak pernah merindukanmu
Pernah aku merindukanmu
Tapi tak pernah memikirkanmu
Pernah ku coba memikirkanmu
Tapi tak pernah mengharapkanmu
Pernah aku mengharapkanmu
Tapi aku melupakanmu
Pernah aku mengingatmu
Tapi aku mulai pusing
Lalu aku bangkit untuk seorang diri lagi
Tanpa harus mengingat kata-katamu yang manis itu
(Makassar, 15 Juni 204)

Mengapa Hanya Mimpi

Tak ada lagi kata yang dapat kurangkai
Semua bagaikan mimpi indah dimalam hari
Ketika aku tertidur
Mimpikan hari-hari yang indah
Memeluk dan membelai gadisku
Memaksa aku untuk mengingatnya selalu
Membawaku menuju cahayaku
Tak ada tangis
Tak ada duka
Semua serba bahagia
Semua serba canda tawa
Ingin rasanya aku tertidur selamanya
Mimpikan keindahan bersamamu
Menjalani kehidupan bersama dalam dunia maya
Agar kelak kita, tak ada yang memisahkan
Sampai kiamatpun tiba
Walau tubuh kita hancur bersama bumi
(Makassar, 06 Juli 2004)

Aku Tertawa

Habat kau sungguh hebat
Membuatku tak berdaya
Untuk melupakanmu
Dan memaksaku untuk mengenangmu
Lalu ku coba tertawa
Saat aku sendiri
Mendengarkan lantunan suara hati
Dalam Keheningan malam
Mengingat apa yang telah kita lewati bersama
Dan akupun tertawa
Menertawai kisah cintaku
Menertawai penantianku
Yang tak mungkin aku raih
(Makassar, 18 April 2004)

Kematian

Di hari itu aku menangis
Meratapi semua yang telah terjadi
Saat kau telah meninggalkanku
Sendiri dalam dunia yang begitu indah
Semua serba bisa
Menantang takdir
Hancurkan norma agama
Kita bagaikan raja dan penguasa
Kala kita bertahta
Menginjak manusia yang hidupnya tersudut
Membanggakan kekayaan dunianya
Sedih….sedih rasanya
Kala malaikat maut menjemput
Tak ada kompromi
Hartapun tak bias pasrah
Melepas semua yang telah pergi
Pergi meninggalkan kehidupan dunia
Yang penuh nista dan derita
Menuju dunia yang begitu nyata
Dalam cabinet kematian
(Makassar,20 Juli 2004)

Hari Anak Nasional

Dari mimpi indahku dimalam hari
Ketika teriakan ayam jantang terdengar
Seakan merobek dinding telingaku
Dan aku bangkit dari tempat tidur
Menyadari ini hariku
Dimana hari ini tak ada anak yang bekerja
Ditindas dan dibunuh
Hanya ada tawa dan canda
Ku mulai melangakah meninggalkan rumah ku
Tiba-tiba setetes air mata terjatuh di pipi
Geteran jiwa mulai membekukan tubuhku
Entah karena apa ….???
Masih adakah anak yang tertindas
Masih adakah anak yang gugur di hari ini
Ya…Tuhan ….
Berilah ketenangan dalam jiwa
Dan ku mau di hari yang bahagia ini
Tak ada anak yang tertindas
Tak ada anak yang gugur
Biarlah hari ini tetap menjadi hari yang bahagia untuk”ANAKMU”
(Makassar,23 Juli 2004)

Hanya Dengan Puisi

Terluka sudah hatiku, saat dirimu menikamku
Retak sudah prisai hatiku, saat nyanyian cintamu kau bisikkan dihatiku
Semua sirna ketika cahayaku meninggalkanku
Pernah aku genggam hatimu
Hingga kau tak mampu berlari lagi
Lalu kau memberontak
Ku lepas dikau cahaya
Ku biarkan kau berlalu, mengejar apa yang tak ada padaku
Pernah aku mencoba menangkap cahayaku kembali
Malah durimu semakin tajam, menikam jiwaku
Aku semakin terluka, hingga terseudut
Tak tahu harus berbuat apa
Mungkin cahaya membenciku
Tapi biarlah
Hanya dengan puisi jiwaku terbentuk kembali
Menanti cahaya yang lebih bersinar
(Makassar, 31 Juli 2004)

Sesuatu Yang Indah

Lelah Sudah Aku Menunggu
Letih Sudah aku menanti
Ku tak mampu berharap lagi
Tentang apa yang ku inginkan
Dari gadisku yang telah pergi
Kini jiwa kita tak bersatu lagi
Timbul sudah ketidak cocokan antara kita
Dan kitapun berpisah, entah sampai kapan
Janji , sumpah dan bisikan jiwa terhempas begitu saja
Tak ada lagi penjelasan
Semua telah berakhir
Saat musim berganti
Dan ku ingin sesuatu yang indah merasuk dijiwaku
(Makassar, 02 Agustus 2004)

Hai Gadis

Kau Hawa untuk seorang Adam
Kau bunga untuk si kumbang jantan
Yang tak bias dipermainkan
Hanya bisa mempermainkan
Sekali-kali terluka
Membuat jantan berfikir
Dan rusaklah betina
Hancur dan hancur semua harapan
Kala dikau tak sadarkan diri
Kini saatnya kau berpegang erat
Agar kelak tak tergoyangkan
Akan bahaya yang mengintai
Racun sang pria penggombal
(Makassar, 11 Agustus 2004)

Hai Pria

Katakan Pada Jiwamu
Dan Bisikkan pada hatimu
Tentang arti kejantanan
Agar kau mengerti akan arti keperawanan
Tuntunlah dan jangan pernah melukainya
Jadikan dirimu penjaga surga
Menjaga apa yang harus dijaga
Sebab pria bukanpenjahat
Bukan pula bajingan
Yang kerja hanya merusak
Apalagi menodai warna yang tersirat
(Makassar, 15 Agustus 2004)

Tak Mungkin

Tak mungkin kita bertemu dalam keramaian duniamu
Dan tak mungkin pula aku bersinar diantara ribuan sinar dalam kehidupanmu
Sebab aku hanya sepercik warna
Yang dapat mewarnai harimu
Warna yang tak mereka miliki
Mungki n akan datang ribuan warna
Yang mewarnai harimu
Dan lebih baik dari warna yang ku berikan
Saat itu pula asaku telah lenyap
Hingga terdiam dan tak bergetar
Hanya mampu menatap ribuan sinar diduniamu
Salahku juga terlalu menuruti hatiku
Tuk mengejar apa yang tak mungkin
(Makassar, 29 Agustus 2004)

Gadis Terbelenggu

Harta dan harta terus dkejar
Kepuasan demi kepuasan terus dilampiaskan
Hanya untuk suatu keinginan
Rela mengorbankan cinta
Dan membuat sang gadis terbelenggu
Tiada lagi keramaian
Tiada lagi canda tawa
Kerja dan tetap tabah harus ia jalani
Walau perasaannya sering memberontak
Hingga membuat ia berpikir untuk pergi jauh
Ia tahu semua ada dalam penjara emas itu
Kebahagian, makanan dan keinginan lainnya
Sekali-kali terluka oleh ocehan sang penguasa
Namun ia tetap tabah
Dan terus menjalani selama dua purnama
Untuk lepas dari penjara emas
Dan lanjut dalam penjara keluarga
(Makassar, 29 Agustus 2004)

Ini Bukan Penderitaanku, Bunda

Jiwaku yang tenang
Dipaksa untuk bergetar
Agar ku dapat merasakannya
Penderitaan yang bukan deritaku
Aku disalahkan
Aku diceramahi
Jiwapun mulai merasa
Merasa salah
Merasa bodoh
Tak tahu yang mana benar
Ku perbuat ini, katanya salah
Ku yakin benar, ada saja yang salah
Sakit, pusing, mengabdi
Sering muncul dalam jiwaku
Membuat aku sering berfikir
Akan sesuatu yang tak mungkin
Hingga bunda mengerti tentang apa yang kupikirkan
(Makassar, 12 September 2004)

Tidurlah Kasih

Pejamkan bola matamu
Sandarkan tubuhmu ke tuhanmu
Mimpikan keindahanku
Belai dan sayangi aku
Sampai aku terlena dipelukanmu
Ingatlah dan pahami arti cintaku
Yang ku beri untukmu
Agar kelak kita selalu bersatu
Walau itu hanya dalam mimpi indahmu
Sebab mimpimu tak memandang milikku
Tidurlah kasih…tidurlah sayangku
Karena ku tahu hanya dengan tidurlah
Kita dapat bersatu
(Makassar, 15 September 2004)

Pulanglah Kasihku

Hentikan hentakan kakimu kasih
Kembali ke hati yang luka
Buatlah ia seperti dulu
Jangan pernah patahkan lagi
Satukan puing-puing cinta
Taburi benih-benih kesetiaan
Sirami dengan air kejujuran
Agar tumbuh cinta yang mengjulang tinggi
Hancurkan dewa pemisah
Ku lelah, letih, sepi menunggumu disini
Terpuruk, terkapar, tersudut
Asaku telah lenyap ditutupi oleh malam pekat
Disapu oleh cahaya baru
Namun ku takut itu akan terjadi
Pulanglah kasihku, pulanglah
Ku rindu aroma cintamu
Ku rindu canda tawamu
Saatnya kita bersatu lagi
Dan takkan dapat dipisahkan
Hingga kiamatpun tiba
(Makassar, 17 September 2004)

Coba

Bila resa menyelimuti jiwa
Coba bangkit dengan suatu rasa
Bila jiwa terasa gundah
Coba bangkit dengan hati yang tenang
Bila hati terluka
Coba bangkit dengan tawa
Bila pikiran dipenuhi tanda Tanya
Coba bangkit dengan seribu jawaban
Namun bila mereka telah pergi
Jangan coba bangkit untuk mengejar
Sebab cinta bukan tuk dikejar
Hanya batas kejujuran dan kejujuran
(Makassar, 02 Desember 2004)
READ MORE - Kumpulan Puisi Suara Hati

Tentang Saya

Kamis, 20 Agustus 2009
CURRICULUM VITAE

Nama Lengkap : Ardiand Arsyad Arnold
Nama Panggilan : Ardiand & Iand
Kelahiran : Ujung Pandang, 31 Desember 1985
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Mahasiswa, FISIPOL UVRI Makassar
Suku Bangsa : Makassar - Bugis
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jln. Indah No. 4
R.T. / R.W : 001/ 005 Kel. Pananmpu
Kecamatan : Tallo
Kotamadya : Makassar 90213
Telepon/HP : 0411 – 571 9504 / 0852 9991 9988
Hobi : Berenang, Berpetualang, Membaca dan Menulis
Cita – Cita : Berguna Bagi Nusa Bangsa


RIWAYAT PENDIDIKAN
- SD Negeri Beroanging Makassar, tamat - 1999
- SLTP Negeri 7 Makassar, tamat - 2002
- SMK Negeri 5 Makassar, tamat – 2005
- Universitas Veteran Republik Indonesia (UVRI), sekarang

PENGALAMAN ORGANISASI
- Anggota Pramuka SD Negeri Beroanging
- Anggota Organasasi Intra Sekolah SMK Negeri 5 Makassar
- Ketua Redaksi Majalah Dinding SMK Negeri 5 Makassar
- Ketua Redaksi Majalah Anak Saribattang
- Ketua Forum Anak Sul - Sel
- Ketua Redaksi Koran Selebaran Agang pada Temu Anak III Se Indonesia di Makassar
- Tim Sembilan, Pelopor Terbentuknya Dewan Anak Makassar (DAM)
- Pokja I Komisi Perlindungan Anak Indonesia Bagian Sosialisasi dan Advokasi
- Peksos Lembaga Kontsultasi Keluarga Berencana (LK3S)

PENGALAMAN PROGRAM/PROYEK
- Tim Penulis buku “ Aku dan Rumahku di pembuangan sampah di TPAS Tamangapa Makassar (Plan Indonesia PU Makassar, 2002)
- Tim Peneliti tentang Anak Berkonflik Hukum di Makassar, (LPA & PLAN Indonesia), 2004
- Tim Entri Data KPU Kota Makassar (KPU Kota Makassar), 2004
- Tim Assessment tentang Kelompok Anak di Kota Makassar, 2005
- Tim Pemantau Pemilihan Umum di Gowa (KPU Kota Makassar), 2005
- Tim Peneliti “Studi Tentang Kekerasan Terhadap Anak” di Sulawesi Selatan (ATMA JAYA & UNICEF), 2005
- Tim Penyeleksi Pemimpin Muda Kota Makassar (Pemerintah Kota), 2005
- Tim Peneliti Anak Jalanan di Kota Makassar (KPAID & Pemkot), 2006
- Faslitator Jurnalistik Majalah Anak Syedara di Aceh ( Inst. Saribattang-Plan Aceh) 2008

PELATIHAN/LOKAKARYA
- Kongres Anak Se – Dunia di Koreas Selatan ( Unicef & Plan Indonesia), 2002 sebagai Peserta.
- Jambore anak Indonesia di Lombok (Plan Indonesia, 1999) sebagai peserta
- Pelatihan Jurnalistik untuk wartawan remaja dan anakyang berspektif gender di Yogyakarta, 2000.
- Musyawarah Besar Anak Makassar (LPA & Pemkot), 2002 Sebagai Pesert
- Diskusi Mencari Gubernur Berspektif Anak Di Makassar (Pemkot, 2002), sebagai peserta
- Musyarawarh Besar & Pembentukan Dewan Anak Makassar (LPA & PLAN Indonesia), 2003 sebagai Tim Sembilan.
- Tour Java (Institute Saribattang & PLAN Indonesia), 2003 sebagai peserta
- Study Banding Majalah Anak di Jogyakarta (Institute Saribattang & PLAN Indonesia), 2004 sebagai peserta.
- Pelatihan Motivator Konvensi Hak Anak (Plan Indonesia PU Takalar – Yayasan Bina Mandiri , 2004) Sebagai Peserta
- Pelatihan Dasar Kepemimpinan (Plan Indonesia PU Takalar – Yayasan Bina Mandiri, 2004, Sebagai Peserta
- Forum Anak Sulsel (LPA & Pemkot), 2004 Sebagai Fasilitator
- Anak Bertanya, Partai Politik Menjawab (FASS & Plan Indonesia), 2004 Sebagai Moderator
- Musyawarah Anak Sul – Sel di Bone (Unicef & LPA), 2005 sebagai fasilitator
- Assessment Anak, di Rumah Singgah, Sekolah dan Kelompok Anak Se Kota Makassar, 2006 sebagai fasilitator
- Strategi Planning Organisasi Anak di Selayar (PLAN Selayar), 2006 sebagai peserta
- Forum Konsultasi Anak (Plan Indonesia & LPA), 2006, Sebagai Fasilitator
- Lokakarya Pembentukan Telepon Sahabat Anak-kids Line (Plan-LPA Sul-Sel, 2004) sebagai peserta
- Talk Show pengarusutamaan Kepentingan Anak (Plan-LPA Sul-Sel), 2004 sebagai peserta
- Latihan Dasar Kepemimpinan Kelompok Anak di Makassar (LISAN & Plan Indonesia, 2006 sebagai Fasilitator
- Pelatihan Pembuatan Film Dokumentary Anak di Makassar, Jene’ Ponto (Institute Saribattang & PLAN Indonesia, 2006) sebagai Fasilitator
- Pembentukkan Jaringan Pengarusutamaan LPA (Plan, LPA) 2006, Sebagai peserta.
- Musyawarah Besar Dewan Anak Makassar (Institute Saribattang & YABI), 2006 sebagai fasilitator
- Pelatihan Data Base di Makassar (KPAI & LPA), 2006 sebagai peserta
- Raker Dewan Anak Makassar (LPA & PLAN), 2007 sebagai Fasilitator
- Sosialisasi Pemilihan Gubernur bagi Pemiluh Pemula (Ins. Saribattang & KPU Kota MKS), 2007 sebagai Modetator
- Sosialiasi Pembuatan SOP Akte Kelahiran (Plan Aceh), 2008 sebagai Fasilitator

KARYA ILMIAH
- Karya Ilmiah dalam Bentuk Buku
o Anak Berkonflik dengan Hukum, Laporan Assessment (Plan Indonesia PU Takalar), 2004
o Menghimpun Kekuatan Mengubah Kebijakan, Laporan Assessment Kelompok Anak di Makassar (Plan Indonesia – LPA Sul-sel – Institute Saribattang), 2005

- Karya Ilmiah dalam Bentuk Laporan Hasil Penelitian dan Artikel
o Menghimpun Kekuatan, mengubah kebijakan, laporan Assessment Kelompok Anak di Makassar di Makassar (Plan Indonesia, LPA Sulsel & Institute Saribattang), 2006
o Anak Berkonflik Dengan Hukum (Plan Indonesia & LPA Sulsel), 2004
o Kebebasan Anak, Laporan Assessment Organisasi Sekolah di Makassar (Plan Indonesia, LPA Sulsel & Institute Saribattang), 2006
o Jalanan Bukan Tempat Kami, Laporan Assessment Kelompok Anak di Makassar (Plan Indonesia, LPA Sulsel & Institute Saribattang), 2007
READ MORE - Tentang Saya

Cacat Dalam Kesempurnaan

Minggu, 16 Agustus 2009
Tidak terasa waktu terus berjalan, umurku memasuki angka ke 17 tahun. Bagiku tidak ada pesta buat perayaannya, yang ada sebuah pertanyaan “apakah kini aku sudah dewasa dan berhak suka atau cinta sama siapa saja”. Pertanyaan inilah yang sering membuat diriku risau akan hari yang akan datang.
Kemarin saja aku jalan – jalan di Mall, begitu banyak gadis cantik dan begitu menawan, namun kenapa perasaanku seakan – akan tidak ingin memiliki padahal semua orang mengatakan padaku, aku ini sempurna di mata semua wanita. Buktinya saja ketika aku sedang sendiri pasti ada saja wanita yang ingin kenalan atau foto bersamaku, sehingga terkadang ada teman yang iri denganku.
Suatu ketika aku memiliki sebuah keberanian untuk mendekati seorang gadis, ya…awalnya sih dadaku seakan sesak, hingga aku tak mampu berkata – kata. Untung saja ada teman yang membantu dan akhirnya aku gobrol lama dengan gadis itu. Eh…ternyata gadis itu suka padaku dan dengan terang – terangan dia nembak aku. Tak pikir panjang akan hubungan kami, langsung saja aku mengatakan “iya”. Hu…terasa seluruh badan gemetaran dan terkadang memberontak akan keputusan itu.
Hari demi hari perjalanan cinta kami berjalan tanpa warna, hingga suatu hari ketika pacarku ngajak shoping ke Mall, aku sebenarnya nggak mau. Namun karena pacar maksa akhirnya aku pergi juga. Setiba di Mall perasaan ini mulai takut, ada saja rasa was – was.
“Yang…kok nggak pegang tanganku” kata pacarku sambil menghentikan jalanku
“Oh…so…sorry” jawabku sambil meraih tangannya
Hu…begitu berat rasanya harus bergandengan tangan dengan seorang gadis, padahal hati ini tidak bisa menerimanya.
“Yang…fotobox ya…”pinta pacarku
“Lain kali aja….ya” jawabku dengan simpel
“Yang…kok lain kali, aku kan pingin abadikan hubungan kita” jelasnya dengan muka memelas
“Ok…tapi nggak pake lama ya…”pintaku
Kami pun masuk ke foto box, seketika pacarku langsung meluk dan mencium pipiku, sontak saja aku memalingkan wajahku. Pacarku hanya menatapi wajahku, seakan ada pertanyaan untukku. Langsung saja aku keluar dari fotobox itu, tanpa menjelaskan apa – apa dengannya. Malah aku pura – pura sakit kepala dan meminta untuk segera pulang ke rumah.
“Yang…kita pulang aja ya…kayaknya kondisiku nggak baikan”. Jelasku
“Tapi kan aku belum puas jalan dengan yayang”. Tanya pacarku
“Nanti aja atau kamu jalan aja dengan teman cowok yang lain”. Jawabku dengan simpel
Semenjak kejadian itu aku mulai menghindar darinya, setiap dia nelpon ke handphoneku pasti aku nggak ngangkat atau nyuruh orang lain, jika ia kerumah pasti aku pesan sama bibiku untuk mengatakan aku lagi keluar.
Hingga suatu malam jam dinding menunjukkan angka 8, aku mulai merasa ngantuk sekali dan akupun tertidur disofa ruang tamu. Tanpa harus minum susu yang disediakan bibiku dan tanpa melihat mama dan papaku pulang dari kantor.


Kring…kring…kring…bunyi jam weker yang tepat berada diatas kepalaku, perlahan – lahan aku membuka mataku dan menyeret tubuhku kekamar mandi. Byuer…aku membasahi seluruh tubuhku dengan air hangat yang telah dimasak oleh bibiku sebelum aku terbangun.
Tok … tok… tok... suara pintu dari luar
“Nak…bangun…Papa dan mama sudah mau ke kantor, mandi dan jangan lupa sarapan serta minum susu, vitamin ya..”. teriak mamaku
“Iya…mama”. Jawabku dari kamar mandi
Setelah mandi dan memakai baju serta tak lupa menggunakan peralatan make – up yang dibelikan mama padaku, akupun keluar dari kamarku.
“Met…pagi tuan…”. Sapa bibiku
“Tuan…sarapan dimeja jangan lupa dimakan ya…kalau butuh sesuatu bilang saja sama bibi” jelasnya
“Iya…bibi, makasih”.
Iya ….jujur aku memang anak yang paling disayang dikeluargaku, sejak kecil saja dipingit, untuk keliling kompleks saja, aku harus di temani bibi. Apalagi harus kemana – mana. Bahkan orang tua tidak pernah membelikanku mainan cowok, mereka malah menghiasi kamarku dengan warna yang lembut. Mereka mendidikku dengan penuh kasih sayang, setiap ada keinginanku pastinya dibelikan. Dari sinilah aku lebih memilih banyak diamnya ketimbang harus pergi kemana – mana dan walhasil badan ini sangat terawat, sampai – sampai kulitku lebih putih dan bersih dibanding kakakku yang cewek.
“Bibi….mama, papa pulangnya jam berapa”. Tanyaku
“Kalau tidak salah pukul 10.00, tuan…”
“Bi…tadi malam, bibi lihat mama ngelus dan cium pipiku ya…”. Tanyaku lagi sambil minum susu
“Tidak…tuan…mama langsung tidur, oh…iya hampir bibi lupa, tadi malam pacar tuan datang, tapi tuan lagi tidur, jadinya pacar tuan hanya duduk disamping tuan sambil mengelus rambut tuan”.Jelas bibiku
“Kok nggak dibangunin”.
“Awalnya bibi mau bangunin tuan, tapi pacar tuan melarang”. Begitu tuan
“Oh…tuhan mengapa aku tidak dapat membahagiakan wanita yang mencintaiku, mengapa Engkau menumbuhkan rasa….”. Gumamku dalam hati
“Bi…tolong ambilkan Tasku di kamar, aku sudah mau berangkat kesekolah”. Pintaku sambil menatap langit rumahku
“Ya…tuan”.
Sekitar pukul 06.30, aku bergegas ke sekolah, dengan menggunakan mobil yang dibelikan Papa untukku.
“Tuan…sudah mau berangkat”. Tanya si bejo yang selalu setia menemaniku kemana saja
“Iya…”.
Beusss….suara mobil meninggalkan rumah menujuh sekolah. Iya sekitar sepuluh menit akhirnya aku sampai ke sekolah.
“Bejo…makasih ya”.
“Ya…tuan, hati – hati di sekolah, jangan main bola pesan nyonya”. Jelas bejo
Sambil menenteng tas, yang berisikan buku plus nasi goreng dan makanan ringan lainnya yang telah disediakan bibi sebelum berangkat.
Ketika di depan kelas, aku kaget melihat pacarku yang mungkin dari tadi menungguku.
“Yang…masuk, dari tadi aku menunggumu”. Jelasnya
Aku hanya diam dan sedikit gemetaran, takut jika dia langsung mencium pipiku lagi.
“Sini…yang kok jauh, aku kangen nich. Semalam aku ke rumahmu”. Jelasnya sambil memegang tanganku
“Oh…gitu ya..., sori aku pingin kerjakan PRku jadi aku tidak bisa terlalu lama gobrol”. Pintahku
“Oke…yang…”. Jawabnya sambil mencubit pipiku, lalu melambaikan tangannya…daa…daa….sayang.
Dalam kelas aku hanya diam tanpa melakukan apa – apa, tidak ada PR dari guru.
“Ya…Tuhan…mengapa…semua ini harus terjadi padaku…padahal aku ini sempurna, aku tak ingin semua ini terus menghantui perasaanku dan membuat gadisku tersiksa”. Tanyaku kepada Tuhanku.
Pertanyaan – pertanyaan itulah yang sering membuat aku harus menangis dan kecewa pada diriku, aku begitu tersiksa dengan permainan hidup ini, aku merasa Tuhan tidak adil dengan kesempurnaan ini.
Waktu terus berjalan, perjalanan cinta yang tidak penuh dengan warna inilah yang terus membuat aku sedih, aku tak ingin menyakiti perasaan gadisku, tapi aku juga tak bisa membahagiakannya. Akhirnya kuputuskan untuk membuat surat yang berisikan :
“Dear Sayangku….maafkan aku sebelumnya.
Aku tidak bisa mencintaimu seperti laki – laki lainnya
Aku tidak bisa memberimu ciuman ataupun lainnya
Aku bukan lelaki seutuhnya, aku hanya lelaki yang cacat dalam kesempurnaan
Maafkan aku…tak bisa membahagiakanmu…biarkan waktu yang menjawab semua ini,
Ingin Rasanya aku protes dengan Tuhanku akan tubuh ini, mengapa Tuhan menciptakanku dalam raga seorang lelaki”
Surat inilah yang kuberikan kepada bibi buat gadisku, sementara aku sendiri memilih meninggalkan rumah orang tuaku dan memilih hidup di Negara lain yaitu Thailand…
READ MORE - Cacat Dalam Kesempurnaan

Pekerja Anak Dan Lingkungan Kerjanya

Bulan Juli (tepatnya tanggal 23) adalah hari anak nasional (HAN). Sebagai suatu hari yang diistimewakan, setiap tanggal 23 Juli selalu ada peringatan/perayaan, baik dilakukan oleh lembaga yang concern terhadap masalah anak atau pun dilakukan oleh lembaga-lembaga yang ingin menunjukkan dirinya kepada publik, bahwa mereka juga memperhatikan permasalahan anak. Kalau setiap tahun ada peringatan/perayaan HAN dengan maksud mengingatkan kepada publik bahwa masalah anak adalah masalah kita semua, masalah bangsa, adalah sangat positif.

Bagaimanapun, anak adalah generasi penerus yang akan mengambil peran dalam proses kelangsungan dan perkembangan bangsa. Di pundak anaklah “nasib” bangsa di masa datang akan dipertaruhkan. Dengan perkataan lain, kualitas anak-anak bangsa hari ini akan menentukan kemajuan bangsa di masa akan datang.

Anak-anak yang berkualitas seperti yang diharapkan oleh banyak orang, tidak akan timbul dengan sendirinya, walaupun pada diri anak ada potensi internal, akan tetapi memerlukan usaha yang sungguh-sungguh dari orang tua dan keluarga sebagai orang terdekatnya. Ini berarti orang tua dan keluarga adalah tempat pertama pembentukan anak berkualitas.

Namun kenyataannya, tidak semua anak-anak yang dilahirkan dapat melalui masa kanak-kanaknya dengan “baik” seperti yang diharapkan dalam keluarga, yang penuh cinta kasih dan berkesempatan mendapatkan pendidikan (dalam arti luas) sebagai bekal masa depannya. Tidak sedikit di antara mereka yang tidak bisa bermain dengan teman sebayanya karena harus bekerja membantu menutupi kebutuhan keluarganya, bahkan di antara mereka ada yang terpaksa meninggalkan bangku sekolah atau tidak pernah mengenyam bangku sekolah sama sekali. Mereka itu sehari-harinya disebut pekerja anak, buruh anak, pemulung, pedagang asongan, pekerja seks anak, anak jalanan dan sebutan-sebutan lainnya sesuai dengan kenyataan dan profesi mereka.

Dalam tulisan ini, penulis lebih suka menggunakan istilah pekerja anak dan buruh anak. Karena kenyataanya anak-anak yang mempunyai profesi seperti di atas, baik hidup (berkeliaran) di jalanan ataupun tidak (di berbagai perusahan), mereka bekerja mencari nafkah. Nafkah yang dicari oleh si pekerja atau buruh anak dimaksudkan untuk membantu meringankan beban keluarga atau untuk modal bertahan hidup si anak.
Di tanah air, masalah pekerja/buruh anak mulanya dikaitkan dengan tradisi membantu orang tua yang dianut oleh beberapa suku, seperti membantu orang tua di sawah, di kebun atau menjaga toko/warung. Meski orang tuanya mampu, karena tradisi anak tetap diminta untuk membantu orang tua. Tujuan dari tradisi ini adalah untuk mempersiapkan anak menghadapi dunia nyata ketika mereka dewasa. Dengan kata lain, tradisi ini adalah bentuk pendidikan dan pembentukan diri si anak. Hal ini sangat mungkin karena membantu orang tua bukan pekerjaan utama anak. Anak tetap bersekolah dan bermain dengan bebas dan hanya pada saat-saat tertentu mereka bekerja membantu orang tua.

Namun oleh perkembangan waktu diketahui bahwa tidak semua anak yang bekerja itu karena tradisi. Penyebab utama pekerja/buruh anak adalah desakan ekonomi. Penghasilan orang tua yang pas-pasan, bahkan kurang , memaksa anak “turun ke arena” untuk meringankan beban ekonomi keluarga atau tumpuan utama ekonomi keluarga. Bagi anak yang sudah tidak memiliki orang tua, bekerja di masa anak-anak bukan lagi sekedar membantu orang tua, tetapi sudah menjadi kegiatan to be or not to be.

Di kota-kota besar, pekerja/buruh anak--baik bekerja di sektor formal maupun informal—dipicu oleh gejala urbanisasi. Penelitian Irwanto (1995) menemukan bahwa pekerja anak di kota-kota besar merupakan akibat dari urbanisasi orang tua. Karena tidak mempunyai ketrampilan (43 persen tidak lulus SD), para orang tua (responden) bekerja sebagai buruh kasar dengan pendapatan rata-rata hanya Rp 4.000/hari (tahun 1995). Pendapatan sebesar itu tentu tidak mencukupi untuk bisa bertahan di kota besar, sehingga anak dituntut untuk bekerja menambah pendapatan keluarga.

Di desa, sama dengan di kota, fenomena pekerja/buruh anak juga muncul lantaran himpitan ekonomi. Sawah atau sumber ekonomi sangat terbatas, sehingga anak harus ikut bekerja menjadi buruh tani di sawah milik orang lain. Dari sini kelihatan bahwa kesulitan ekonomi merupakan pemicu utama munculnya pekerja anak. Faktor kultural atau tradisi tidak begitu besar pengaruhnya.

Sumbangan pekerja/buruh anak buat ekonomi keluarga memang tidak kecil. Diperkirakan pekerja/buruh anak rata-rata memberi sumbangan 20 persen bagi ekonomi keluarga. Angka ini muncul dalam sebuah laporan yang diungkap dalam konferensi PBB mengenai masalah pemukiman (habitat II) di Turki tahun 1996. Dengan jumlah sebesar itu wajar jika orang tua dengan ekonomi pas-pasan merelakan anaknya mencari tambahan penghasilan (Fokus No. 70 Thn 3 Vol. 02 Juli 1996).
Pekerja anak/buruh adalah fenomena internasional, terutama negara-negara berkembang. Menurut International Labour Organization (ILO) jumlah pekerja anak (child labour) di dunia mencapai antara 100-200 juta jiwa. 7 persen dari jumlah tersebut tinggal di Amerika Latin, 18 persen di Asia dan 75 persen di Afrika.

Di Indonesia, terdapat 2,5 juta anak bekerja. Hanya perlu dicatat, kategori pekerja/buruh anak yang dipakai BPS adalah mereka yang berumur 10-14 tahun yang aktif melakukan aktivitas secara ekonomi (Sakernas, 1992; Nachrowi dan Muhidin, 1996). Sudah pasti jumlah pekerja/buruh anak akan lebih besar jika kategorisasi yang dipergunakan lebih luas, yaitu anak-anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk keperluan mencari upah. Menurut Irwanto, jika kategorisasi terakhir ini digunakan, jumlah pekerja anak di tanah air kira-kira akan mencapai 8 juta anak (Kompas, 23/7/1996). Angka-angka tersebut adalah survei dan perkiraan sebelum terjadinya krisis ekonomi. Ini berarti ketika krisis melululantahkan ekonomi Indonesia, jumlah pekerja/buruh anak dipastikan meningkat. Hasil pemantauan Yayasan Pabbata Ummi (YAPTA-U), selama krisis, jumlah pekerja anak di Kota Makassar bertambah dua kali lipat. Dengan beberapa parameter sederhana yang disebutkan di atas diperkirakan jumlah pekerja anak di Indonesia saat ini mencapai 16-18 juta anak.

Jumlah di atas meliputi anak yang bekerja disektor formal dan informal. Berapa proporsi mereka di dua sektor ini tidak begitu jelas. Namun sekedar gambaran, berdasarkan survei yang dilakukan oleh ILO di Kotamadya dan Kabupaten Bandung Jawa Barat, anak-anak umumnya bekerja di sektor informal. Di Kotamadya Bandung, 80 persen pekerja anak yang bekerja di sektor ini, sedangkan di Kabupaten Bandung jumlahnya mencapai 95 persen.

Kenyataan ini menyedihkan, bukan karena bentuk kegiatan atau kegiatan bekerja itu sendiri , namun karena dampak buruk yang diderita anak sebagai pekerja. Karena lingkungan kerja anak yang tidak kondusif, baik di jalanan, di pantai (jermal), di sawah, kebun, pabrik dan lain-lainnya, maka perkembangan (fisik dan mental) anak akan negatif. Para ilmuan sosial mencatat ada sejumlah kerugian yang dialami anak ketika menerjunkan diri ke dunia kerja. Sekedar contoh adalah kesempatan belajar anak menjadi berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Demikian pula kesempatan bermain dan bersosialisasi untuk memantangkan kepribadian menjadi terbengkalai.

Efek lebih lanjut adalah ketidaksiapan anak dalam menghadapi masa depan. Pendidikan yang rendah dan kepribadian yang belum matang akan membuat mereka tidak memiliki posisi tawar yang tinggi dalam dunia kerja atau lingkungan sosial. Mereka akhirnya berfungsi sebagai pelestari siklus kemiskinan keluarganya. Dengan kata lain, tidak ada mobilitas vertikal yang dialami sang anak dalam perjalanan hidupnya.

Jumlah jam kerja dan jadwal kerja yang panjang dan padat merupakan kenyataan yang harus dihadapi pekerja anak. Menurut penelitian ILO di kotamadya Bandung, lebih dari setengah (60,2 %) pekerja anak harus bekerja sekitar 40 jam per minggu atau sekitar 7 - 10 jam per hari dengan waktu kerja antara jam 7-8 atau sampai jam 4-5 sore. Bahkan di Bekasi dan Tangerang pekerja anak bisa bekerja sampai 14 jam per hari. Melihat jadwal kerja yang begitu padat tentu saja tidak memungkingkan seorang pekerja/buruh anak untuk mendapatkan pendidikan, kurangnya waktu istirahat akan menambah gangguan dan perkembangannya (Rusmil,1998)

Pekerja/buruh anak mendapatkan upah yang tidak memadai, sehingga mereka harus melakukan penghematan melalui berbagai cara, misalnya pekerja/buruh anak mencari rumah kontrakan secara bersama-sama di rumah kumuh yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan, sumber air bersih yang kurang sehingga selanjutnya yang timbul adalah kejadian penyakit infeksi yang tinggi. Di samping itu kecenderungan memilih makanan asal murah dan mengenyangkan dengan tidak memperhatikan kandungan nilai gizi akan semakin menghambat petumbuhan dan perkembangannya.

Selain kerugian yang bersifat jangka panjang, pekerja/buruh anak juga sangat rawan terhadap tindak kekerasan, eksploitasi tenaga dan bahkan stres. Pekerja/buruh anak rawan mengalami tindakan-tindakan tersebut, sebab umumnya pekerjaan yang mereka geluti tidak mempunyai segmentasi pekerjaan atas dasar usia. Mereka bekerja dibidang pekerjaan yang layaknya dilakukan pekerja dewasa. Ini akan membuat mereka tua sebelum waktunya, baik secara fisik maupun psikis.

Di sektor informal, keadaannya bertambah buruk. Sebagaimana laporan media massa dan peneliti, anak-anak yang bekerja di jalanan tidak hanya bekerja keras untuk memperoleh hasil, tetapi juga mereka biasa diperas oleh preman-preman. Tindakan tak senonoh pun mereka alami, baik pekerja anak laki-laki maupun perempuan. Kekerasan di jalanan yang dialami oleh pekerja anak atau disaksikannya sangat merugikan karena akan membekas dalam jiwa dan kepribadian anak. Hal ini pada gilirannya akan menciptakan kultur kekerasan dalam peribadi anak tersebut. Anak akan terbiasa dengan dunia pencurian, pemerasan, penganiayaan dan bentuk-bentuk kekerasan lainnya, sehingga bisa jadi mereka pun terdorong untuk menjadi pelakunya.

Uraian di atas menunjukkan bahwa, pekerja/buruh anak adalah bagian dari anak bangsa, yang di pundak mereka bangsa ini ditentukan. Dan bila nasib pekerja/buruh anak menyedihkan, maka itu adalah “Potret sebagian masa depan Indonesia.” ***

sumber:
Oleh M. GHUFRAN H. KORDI K.
READ MORE - Pekerja Anak Dan Lingkungan Kerjanya