Kumpulan Puisi Suara Hati

Selasa, 01 September 2009
Kumpulan Puisi Suara Hati

Cinta Imhe

Saat cinta datang mengetik pintu hati
Biarkan dia membuat jendela-jendela
Karena cinta adalah ruangan yang indah untuk ditempati
Biarkan dia melukis dinding hati
Karena cinta adalah warna
Rasakan saya kehadirannya
Tapi bila pernah kau rasakan
Sakit hati karena cinta
Itu bukan cinta yang sesungguhnya
Karena cinta adalah kebahagian
Dan AKU BUKAN kebahagianmu
(Makassar, 06 November 2003)

Cinta dan Air Mata

Kini Kusadari Arti Sebuah Kata Cinta
Ternyata Hanya Permainan Hati Saja
Kita Dapat Rasakan Kebahagiaan
Kita Dapat Rasakan Kecewa
Sampai Tak Mengenal Siapa Diri Sendiri
Kita Hanya Tahu Berjanji
Kita Hanya Tahu Mendongakkan Kepala Keatas
Tanpa Mengenal Kehancuran Yang Akan Datang
Sungguh Sedih Rasanya Saat-Saat ini
Mawar Cinta Belum Mekar Sudah Hancur Terlabih Dahulu
Apakah Aku Yang Salah Atau Kau Yang Salah
Tak Tahu Jawabannya Yang Jelas Tak Usah Saling Menyalahkan
Malah Kita Saling Menyanyangi
Namun Semua Itu Hancur Dalam Sebuah Kata
Cinta dan Air Mata
(Makassar, 03 Desember 2003)

Tahun 2003, Sedih Bahagia Dan Sakit

Kini Tahun 2003 Telah Ditenggelamkan Oleh Tahun 2004 Yang Menantang
Usia Bertambah Menjadi 17 Tahun
Ketenaran, Ke Egoisan Telah Pupus Diakhir Tahun
Bulan dan Bintang Mulai Tertawa dan Tersenyum Padaku
Sayap-sayap Kehidupan Mulai Tumbuh Helai Demi Helai
Kesunyian, Kekecewaan Telah Menyatu Dalam Tubuh
Menjadi Prisai Dalam Melawan Era 2004
Biarlah Kejadian dan Sejarah Tahun 2003 Menjadi Kenangan Dalam Bait Puisiku
Biarlah Misteri Tahun 2004 Menjadi Lawan Utama Dalam Meraih Kehidupan Nyataku
Tak Usah Kau Berpaling atau Menoleh Kebelakang
Sebab Kau Bukan Kebahagianku, Kini Kau Cuma Separuh Cahayaku
Sebab Kau Bukan Kebahagianku, Kini Kau Cuman Separuh Cahayaku
Yang Suatu Saat Haguskan Tubuh Kurusku ini
(Makassar, 03 Januari 2004)

Rembulan Di Putondo

Bulan …
Mengapa Kau Begitu Indah di Malam Itu
Hingga Aku Hanyut Dalam Sinarmu
Mengapa Kau Berada Jauh Dariku
Hingga Aku Tak Mampu Menggapaimu
Salahkah Aku Bila Ingin Berada Didekatmu
Salahkah Aku Bila Ingin Memilikimu
Bulan…
Aku Tahu Diriku Bukan Hartawan
Aku Bukan Jutawan
Yang Mampu Membelimu
Sungguh Aku Sedih Saat Mengingatmu
Mengingat Cahaya Yang Telah Kau Berikan
Kini Aku Hanya Pasrah Dengan Tingkah Lakumu DiMalam itu
(Takalar, 19 Januari 2004)

Aku Dan Syairku

Ku Ambil Sebatang Rokok Dikantong Baju
Ku Ambil Pula Korek Yang Berwarna Biru
Lalu Ku Coba Nyalahkan Rokokku Diatas Derasnya Angin Sore
Sekali Dua Kali Aku Coba Namun Tak Berhasil
Aku Benci Dengan Perasaan Yang Tak Pasti
Aku Mulai Bersembunyi Dibalik Tembok Kesombongan
Dan Akhirnya Aku Berhasil
Ku Isap Rokokku Dengan Penuh Perasaan
Lalu Kucoba Untuk Menghilangkan Pikiranku Yang Tak Nyata
Di Depan Gumpalan Awan Yang Tak Mungkin bersatu
Di Hadapan Deburan Ombak Yang Tak Bertepi
Sesekali Aku Menoleh Kebelakang Melihat Manusia Yang Sibuk
Hingga Aku Sadar Oleh Diriku Sendiri, Bahwa Aku Bukan Siapa-siapa
Yang Tak Mampu Meraih, Melihat dan Menulis Diriku Sendiri
Hingga Aku Kalut, Lupa Akan Waktu
Mungkin Aku Yang Salah Memaksakan Hati Nuraniku Atau Itu Hanya Perasaanku
Dan Aku Tak Yakin Setelah Kembali Aku Akan Lebih Baik
(Kapal Dorolonda, 29 Januari 2004)

Surabaya Itu Hanya Kenangan

Pagi Yang Cerah Ku Coba Untuk Bangkit
Dari Indahnya Mimpi Dimalam Hari
Dengan Penuh Pertanyaan Yang Belum Terjawab
Aku Melangkah meninggalkan Kota Surabaya
Kota Kelahiran Kekasih Tertunda
Yang Begitu Indah, Penuh Dengan Misteri
Aku Pasrah Dengan Kepergianku
Sebab Surabaya Bukan Kota Cintaku
Dan Bukan Pula Kota Untuk Pelarian
Tapi Mengapa Aku Sedih Ingin Meninggalkan Kota I ini
Adakah Cinta Yang Belum Terbalaskan
Adakah Janji Yang Belum Tertepati
Biarlah Misteri Ini Aku Yang Rahasiakan Dalam Bait Puisi
Yang Menjadi Jawaban Ketika Aku Pulang Ke Kotaku
Mungkinkah Cintaku Dikotaku Sendiri Makassar
Makassar Yang Dipenuhi Oleh Wanita Penebar Senyum Hampa
Membuat Lelaki Merasa Untuk Terikat
Tapi Kini Aku Bisa Berharap Dikotaku Sendiri
Menanti Kekasih Yang Lebih Cinta Padaku
(Surabaya, 29 Januari 2004)

Berhenti Berharap

Cinta Telah Pergi
Cahaya Mulai Padam
Dan Aku Mulai Berhenti Berharap
Menutup Semua Kenangan Indah Bersamamu
Tidak Menulis Lagi Namamu Dalam Syairku
Rasa Menyendiri Muncul Kembali Menyelimuti Kalbu
Tidak Menulis Lagi Namamu Dalam Cintaku
Membuat Aku Menutup Hatiku, Selama Satu Purnama
Apakah Ini Tanda Bahwa Aku Telah Patah Hati
Ataukah Aku Telah Benar Dalam Melangkah
Biarlah Waktu Yang Menjawab Semua ini
Kini Ku Mulai Hidupku Tanpa Dirimu
Berjalan Sendiri Tanpa Ditemani, Menemani Oleh Seseorang
Akankah Jiwaku Lebih Bahagia Tanpamu
Akankah Cahayaku Akan Kembali Bersamaku
Namun Semua Itu Dapat Terjawab Ketika Aku Berhenti Berharap
(Makassar, 18 Maret 2004)

Jangan Ada Rahasia Antara Kita

Saat Ini Sulit Untuk Melupakanmu
Melupakan Janji-Janji Manismu
Yang Telah Tertanaman Dalam Lubuk Hatiku
Aku Pasrah Membiarkan Aliran Cinta Itu Mengalir Ke Hati
Menutup Dinding Perasaan Kepada Orang Lain
Yang Membuat Hatiku Hanya Menulis Namamu
Tapi Mengapa Dewi Fortuna Mulai Berpaling
Seakan Kau Mulai Menjauh Dariku
Seakan Kau Tak Mau Bicara Padaku
Apa Yang Aku Telah Perbuat
Sehingga Kau Berubah
Jangan Pernah Ada Rahasia Antara Kita
Yang Membuat Hubungan Kita Renggang
Terbukalah Kepadaku
Agar Kita Dapat Saling Mengerti
Aku Tahu, Aku Insan Biasa
Yang Tak Mungkin Memilikimu
Salah Aku Juga Terlalu Dekat Denganmu
Membuat Hatiku Selalu Merasa Bersalah padamu
(Makassar, 14 April 2004)

Sobat Atau Kekasih

Mengapa Dirimu Sama Dengan Si Dia
Kau Datang Dengan Senyum Dan Canda Tawa
Memberi Harapan Dan Cerita Yang Indah
Aku Semakin Yakin Bahwa Dirimu Sama Dengan Si Dia
Walaupun Ada Perbedaan Antara Dia Dan engkau
Yang Mungkin Membuatku Kagum Denganmu
Tuhan…
Mengapa Kau Anugrahkan Cinta Yang Tak Mungkin Bersatu
Mengapa Kau Memberi Bidadari Yang Tak Mampu Aku Raih
Jangan Kau Membuatku Ragu Pada Diriku
Tak Yakin Pada Rasa Cinta Yang Tumbuh
Hingga…
Ia Mampu Menghancurkan Rasa Cintaku
Ia Lebih Menguasai Diriku Dan Aku Mulai Terbuai
Terbuai Dengan Harapan, Janji Dan Senyum Yang Hampa
Maafkan Aku Tuhan
Semua Ini Tak Mampu Aku Raih
Dari Seorang Wanita, Milik Orang Lain
Bisikkan Padanya Bahwa Aku Tak Ingin Disakiti Apalagi Dibohongi
Biarlah Kita Dapat Bersama Dihari Esok Yang Lebih Indah
(Makassar, 11 April 2004)


Sepi

Suara Terhenti Dalam Kebisuan Jiwa
Ketika Kusadari Semua Orang Berbicara Tentang Cinta
Sepi Dan Sepi Kurasa
Saat Mereka Meninggalkanku
Dimalam Yang Tak Berepi
Diatas Kata Penatian
Hanya Rasa Sepi Menemani
Merasuk Kedalam Jiwa
Membuat Jantung Tak Berdetak
Memaksa Untuk Mengenang
Saat-saat Indah Yang Telah Kita Lewati Bersama
Terputus Karena Matahari Menghalangi
Dimalam Ini
Kusendiri, Tanpa Ditemani dan Menemani
Berhenti Berharap Akan Cinta Yang Datang
Hanya Mampu Menggoreskan Tinta BIru Diatas Kertas Putih
Merangkai Kata Demi Kata Dalam Untain Bait Puisi
Yang Menceritakan Sebuah Kata Sepi
Dalam Kisah Cinta Terlarang Sepasang Kekasih
Makhluk Ciptaan Allah SWT
(Makassar, 18 April 2004)

Cinta

Tak Satupun Manusia Yang Mampu Menolaknya
Apalagi Membencinya
Ia Sosok Cairan Beracun Yang Menembus Aliran Darah
Yang Tak Bisa Manusi Tahan
Cinta Dapat Mengubah Manusia
Dari Yang Jahat Ke Yang Baik
Dari Liar Menjadi Pendiam
Bahkan Ada Yang Mati Karena Cinta
Begitu Dasyatnya Kekuatan Cinta
Hingga Khalil Gibran, Chairil Anwar
Hanyut Dalam Aliran Cinta
Sang Pujangga Hanya Mampu Menuliskan Arti Sebuah Cinta
Dan Tak Mampu Merasakan Cinta Sejati
Cinta…Cinta
Kau Hanya Dapat Membahagiakan Manusia]
Dan Kau Hanya Dapat Menghancurkan Manusia
Kaulah Yang Terhebat
Semua Manusia Dapat Merasakannya
Tapi Tak Mampu Melihatmu
(Makassar, 23 April 2004)

Untukmu Saudaraku

Kita selalu bersama dalam indahnya dunia
Kita selalu bercanda dalam dalam tangisan hati
Hingga lupa akan waktu
Hanyut akan kata
Sakit akan kata
Dendam akan perbuatan
Menangis saat terluka
Tertawa saat melukai
Namun siapakah saudaraku???
Apakah orang yang mengerti tentang kita
Yang trkadang membuat kita jengkel akan katanya
Apakah orang yang selalu di samping kita
Yang membuat kita terkadang terluka ,akan tingkahnya
Atau orang yang selalu membantu kita
Namun terkadang menusuk kita dari belakang
Saudara ….Saudara
Siapakah di kau
Ku ingin mengenal mu
Ku ingin di dekatmu
Saat jiwaku terluka
Saat hati ku patah
Mungking kah saudara ku adalah bayanganku sendiri
Yang rela menemaniku di mana saja
Tak perna melukaiku
Tak perna menikamku
Bahkan tak perna menyentuhku
Kaulah saudara yang sebenarnya
(Makassar, 15 Mei 2004)

Hura-Hura

Aku ini makhluk tuhan yang tersisi
Dari ribuan umat Manusia
Yang kerjanya hanya hura-hura
Berjalan kesana kemari
Tak tahu arahnya
Demi untuk mendapat jati diri
Dan pengakuan orang banyak
Walau harus mengorbankan harga diri
Walaup harus merasa hina dimata Allah SWT
Lalu kusadar semua itu hanya kenikmatan sesaat
Yang hilang beberapa menit
Setelah semua telah terjadi
Untuk apa lagi kita menangis
Untuk Apa kita menyesal
Biarlah kebiasaan ini menjadi kenangan indah dihari tua nanti
Karena Allah SWT tetap akan membantu kita
Lepas dari masalah yang sangat berat
Tobatlah diri, tobatlah saudara
Semua itu jalan menuju kenistaan dan kesengsaraan
Kini saatnya kita tetap teguh, coba untuk melupakan semua ini
Sebab hura-hura hanya terdapat didalam hati manusia separuh SETAN.
(Makassar, 12 Juni 2004)

Tak Ada Judul

Pernah aku mencintaimu
Tapi tak pernah menyayangimu
Pernah aku menyayangimu
Tapi tak pernah menyukaimu
Pernah aku menyukaimu
Tapi tak pernah merindukanmu
Pernah aku merindukanmu
Tapi tak pernah memikirkanmu
Pernah ku coba memikirkanmu
Tapi tak pernah mengharapkanmu
Pernah aku mengharapkanmu
Tapi aku melupakanmu
Pernah aku mengingatmu
Tapi aku mulai pusing
Lalu aku bangkit untuk seorang diri lagi
Tanpa harus mengingat kata-katamu yang manis itu
(Makassar, 15 Juni 204)

Mengapa Hanya Mimpi

Tak ada lagi kata yang dapat kurangkai
Semua bagaikan mimpi indah dimalam hari
Ketika aku tertidur
Mimpikan hari-hari yang indah
Memeluk dan membelai gadisku
Memaksa aku untuk mengingatnya selalu
Membawaku menuju cahayaku
Tak ada tangis
Tak ada duka
Semua serba bahagia
Semua serba canda tawa
Ingin rasanya aku tertidur selamanya
Mimpikan keindahan bersamamu
Menjalani kehidupan bersama dalam dunia maya
Agar kelak kita, tak ada yang memisahkan
Sampai kiamatpun tiba
Walau tubuh kita hancur bersama bumi
(Makassar, 06 Juli 2004)

Aku Tertawa

Habat kau sungguh hebat
Membuatku tak berdaya
Untuk melupakanmu
Dan memaksaku untuk mengenangmu
Lalu ku coba tertawa
Saat aku sendiri
Mendengarkan lantunan suara hati
Dalam Keheningan malam
Mengingat apa yang telah kita lewati bersama
Dan akupun tertawa
Menertawai kisah cintaku
Menertawai penantianku
Yang tak mungkin aku raih
(Makassar, 18 April 2004)

Kematian

Di hari itu aku menangis
Meratapi semua yang telah terjadi
Saat kau telah meninggalkanku
Sendiri dalam dunia yang begitu indah
Semua serba bisa
Menantang takdir
Hancurkan norma agama
Kita bagaikan raja dan penguasa
Kala kita bertahta
Menginjak manusia yang hidupnya tersudut
Membanggakan kekayaan dunianya
Sedih….sedih rasanya
Kala malaikat maut menjemput
Tak ada kompromi
Hartapun tak bias pasrah
Melepas semua yang telah pergi
Pergi meninggalkan kehidupan dunia
Yang penuh nista dan derita
Menuju dunia yang begitu nyata
Dalam cabinet kematian
(Makassar,20 Juli 2004)

Hari Anak Nasional

Dari mimpi indahku dimalam hari
Ketika teriakan ayam jantang terdengar
Seakan merobek dinding telingaku
Dan aku bangkit dari tempat tidur
Menyadari ini hariku
Dimana hari ini tak ada anak yang bekerja
Ditindas dan dibunuh
Hanya ada tawa dan canda
Ku mulai melangakah meninggalkan rumah ku
Tiba-tiba setetes air mata terjatuh di pipi
Geteran jiwa mulai membekukan tubuhku
Entah karena apa ….???
Masih adakah anak yang tertindas
Masih adakah anak yang gugur di hari ini
Ya…Tuhan ….
Berilah ketenangan dalam jiwa
Dan ku mau di hari yang bahagia ini
Tak ada anak yang tertindas
Tak ada anak yang gugur
Biarlah hari ini tetap menjadi hari yang bahagia untuk”ANAKMU”
(Makassar,23 Juli 2004)

Hanya Dengan Puisi

Terluka sudah hatiku, saat dirimu menikamku
Retak sudah prisai hatiku, saat nyanyian cintamu kau bisikkan dihatiku
Semua sirna ketika cahayaku meninggalkanku
Pernah aku genggam hatimu
Hingga kau tak mampu berlari lagi
Lalu kau memberontak
Ku lepas dikau cahaya
Ku biarkan kau berlalu, mengejar apa yang tak ada padaku
Pernah aku mencoba menangkap cahayaku kembali
Malah durimu semakin tajam, menikam jiwaku
Aku semakin terluka, hingga terseudut
Tak tahu harus berbuat apa
Mungkin cahaya membenciku
Tapi biarlah
Hanya dengan puisi jiwaku terbentuk kembali
Menanti cahaya yang lebih bersinar
(Makassar, 31 Juli 2004)

Sesuatu Yang Indah

Lelah Sudah Aku Menunggu
Letih Sudah aku menanti
Ku tak mampu berharap lagi
Tentang apa yang ku inginkan
Dari gadisku yang telah pergi
Kini jiwa kita tak bersatu lagi
Timbul sudah ketidak cocokan antara kita
Dan kitapun berpisah, entah sampai kapan
Janji , sumpah dan bisikan jiwa terhempas begitu saja
Tak ada lagi penjelasan
Semua telah berakhir
Saat musim berganti
Dan ku ingin sesuatu yang indah merasuk dijiwaku
(Makassar, 02 Agustus 2004)

Hai Gadis

Kau Hawa untuk seorang Adam
Kau bunga untuk si kumbang jantan
Yang tak bias dipermainkan
Hanya bisa mempermainkan
Sekali-kali terluka
Membuat jantan berfikir
Dan rusaklah betina
Hancur dan hancur semua harapan
Kala dikau tak sadarkan diri
Kini saatnya kau berpegang erat
Agar kelak tak tergoyangkan
Akan bahaya yang mengintai
Racun sang pria penggombal
(Makassar, 11 Agustus 2004)

Hai Pria

Katakan Pada Jiwamu
Dan Bisikkan pada hatimu
Tentang arti kejantanan
Agar kau mengerti akan arti keperawanan
Tuntunlah dan jangan pernah melukainya
Jadikan dirimu penjaga surga
Menjaga apa yang harus dijaga
Sebab pria bukanpenjahat
Bukan pula bajingan
Yang kerja hanya merusak
Apalagi menodai warna yang tersirat
(Makassar, 15 Agustus 2004)

Tak Mungkin

Tak mungkin kita bertemu dalam keramaian duniamu
Dan tak mungkin pula aku bersinar diantara ribuan sinar dalam kehidupanmu
Sebab aku hanya sepercik warna
Yang dapat mewarnai harimu
Warna yang tak mereka miliki
Mungki n akan datang ribuan warna
Yang mewarnai harimu
Dan lebih baik dari warna yang ku berikan
Saat itu pula asaku telah lenyap
Hingga terdiam dan tak bergetar
Hanya mampu menatap ribuan sinar diduniamu
Salahku juga terlalu menuruti hatiku
Tuk mengejar apa yang tak mungkin
(Makassar, 29 Agustus 2004)

Gadis Terbelenggu

Harta dan harta terus dkejar
Kepuasan demi kepuasan terus dilampiaskan
Hanya untuk suatu keinginan
Rela mengorbankan cinta
Dan membuat sang gadis terbelenggu
Tiada lagi keramaian
Tiada lagi canda tawa
Kerja dan tetap tabah harus ia jalani
Walau perasaannya sering memberontak
Hingga membuat ia berpikir untuk pergi jauh
Ia tahu semua ada dalam penjara emas itu
Kebahagian, makanan dan keinginan lainnya
Sekali-kali terluka oleh ocehan sang penguasa
Namun ia tetap tabah
Dan terus menjalani selama dua purnama
Untuk lepas dari penjara emas
Dan lanjut dalam penjara keluarga
(Makassar, 29 Agustus 2004)

Ini Bukan Penderitaanku, Bunda

Jiwaku yang tenang
Dipaksa untuk bergetar
Agar ku dapat merasakannya
Penderitaan yang bukan deritaku
Aku disalahkan
Aku diceramahi
Jiwapun mulai merasa
Merasa salah
Merasa bodoh
Tak tahu yang mana benar
Ku perbuat ini, katanya salah
Ku yakin benar, ada saja yang salah
Sakit, pusing, mengabdi
Sering muncul dalam jiwaku
Membuat aku sering berfikir
Akan sesuatu yang tak mungkin
Hingga bunda mengerti tentang apa yang kupikirkan
(Makassar, 12 September 2004)

Tidurlah Kasih

Pejamkan bola matamu
Sandarkan tubuhmu ke tuhanmu
Mimpikan keindahanku
Belai dan sayangi aku
Sampai aku terlena dipelukanmu
Ingatlah dan pahami arti cintaku
Yang ku beri untukmu
Agar kelak kita selalu bersatu
Walau itu hanya dalam mimpi indahmu
Sebab mimpimu tak memandang milikku
Tidurlah kasih…tidurlah sayangku
Karena ku tahu hanya dengan tidurlah
Kita dapat bersatu
(Makassar, 15 September 2004)

Pulanglah Kasihku

Hentikan hentakan kakimu kasih
Kembali ke hati yang luka
Buatlah ia seperti dulu
Jangan pernah patahkan lagi
Satukan puing-puing cinta
Taburi benih-benih kesetiaan
Sirami dengan air kejujuran
Agar tumbuh cinta yang mengjulang tinggi
Hancurkan dewa pemisah
Ku lelah, letih, sepi menunggumu disini
Terpuruk, terkapar, tersudut
Asaku telah lenyap ditutupi oleh malam pekat
Disapu oleh cahaya baru
Namun ku takut itu akan terjadi
Pulanglah kasihku, pulanglah
Ku rindu aroma cintamu
Ku rindu canda tawamu
Saatnya kita bersatu lagi
Dan takkan dapat dipisahkan
Hingga kiamatpun tiba
(Makassar, 17 September 2004)

Coba

Bila resa menyelimuti jiwa
Coba bangkit dengan suatu rasa
Bila jiwa terasa gundah
Coba bangkit dengan hati yang tenang
Bila hati terluka
Coba bangkit dengan tawa
Bila pikiran dipenuhi tanda Tanya
Coba bangkit dengan seribu jawaban
Namun bila mereka telah pergi
Jangan coba bangkit untuk mengejar
Sebab cinta bukan tuk dikejar
Hanya batas kejujuran dan kejujuran
(Makassar, 02 Desember 2004)

1 komentar:

Gina mengatakan...

Numpang baca. Lagi cari inspirasi...

Posting Komentar